Langsung ke konten utama

Hasil Laporan Terapi Behavioristik



ABSTRAK
Phobia adalah keadaan yang ditimbulkan oloeh rasa ketakutan karena irasional yang ekstrem atau nyata sekali[1]. Penyebab-penyebab ketakukan dapat mengubah menjadi phobia misalnya suara Guntur, sinar kilat, hewan-hewan dan lain-lain. Tetapi di sini kami menangani orang zoophobia. Dimana zoophobia ini adalah seseorang yang mengalami ketakutan atau kecemasan pada hewan.[2] Zoophobia ini merupakan penyakit psikologis yang bisa disembuhkan jika ada upaya aktif dari penderita untuk menghilangkannya. Konseling behavioristic adalah teknik yang menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Sedangkan fungsi konselor hanya membantu saja, agar penderita atau klien mencapai perubahan yang diinginkan.
Penting pula di ingat bahwa menghadapi kasus dengan latar belakang ketakutan, maka pengubahan prilaku dengan cara desentisisasi (desentisization) dengan atau tanpa membiasakan prilaku sebaliknya. Hal ini merupakan inti dari keberhasilan penanggulangan prilaku itu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari klien setelah dilakukan konseling.
Subjek yang diteliti yaitu seorang mahasiswi UIN Sunan Ampel   yang bernama: Iim Noerjannah lahir di Tuban, 02 Maret 1994. Dia mengalami ketakutan sama ular dank karena takut sama ular juga dia takut sama belut.hal ini ditandai dengan suka menjerit dan lari terbirit-birit ketika menemukan ular.
Melalui konseling Behavioristik yang penulis lakukan selama 3 kali pertemuan Alhamdulilah sudah ada sedikit-sedikit perubahan. Bahkan dia meminta kami untuk menindak lanjuti permasalahnya sampai bisa sembuh total.
Oleh karena itu konseling behavioral telah mampu membuat perubahan pada penderita walaupun masih sedikit. Tapi Insya Allah kalu terus di lakukan dengan izin Allah SWT penderita bisa sembuh.
BAB I
PEMBAHASAN
A.            Identifikasi Masalah
Iim Nurjannah adalah seorang yang berawal takut sama ular hingga mengakibatkan dia takut sama belut. Awal kejadian Iim takut sama ular ketika dia pada waktu itu usia  sekitar 13 tahun, kata Iim saya baru menginjak kelas dua Tsanawiyah. Awalnya saya sedang membaca buku duduk di lantai tidak tahunya ada ular dipangkuan saya dan enggak sengaja ular itu kepegang, semenjak kejadian itu saya takut dengan ular terlebih setelah kejadian tersebut saya sering menjumpai ular hingga suatu hari telapak kaki saya di patok ular. Sejak kejadian tersebut kalau saya keluar atau berjalan kaki saya selalu mencari jalanan yang berbatu,  saya takut lewat jalan yang berumput dan bersemak-semak, rasa takut itu terbawa sampai ke alam mimpi saya sehingga kalau saya merasa menginjak sesuatu atau ada hewan lain yang mengganggu saya langsung takut merinding dan berteriak karena fikiran saya langsung teringat pada sosok ular itu.
Waktu itu saya sangat ketakutan, menjerit dengan lari terbirit-birit, dan tidak berani lagi kembali ke tempat kejadian, hingga orang tua saya yang meyakinkan kalau ular itu benar-benar sudah tidak ada.
Kejadian itu masih teringat sampai sekarang dan rasa takut itu pun tetap ada, bahkan saya tidak mau lagi melihat ular karena saya langsung teringat pada waktu dulu. Dan akibat gara-gara ular itu saya menjadi takut sama belut, karena kepala belut itu sama dengan ular.
Perasaan saya sekarang ini masih tetap gelisah, karena takut kejadian itu akan terulang lagi tanpa saya sadari. Saya ingin menghilangkan rasa ketakutan itu meskipun sedikit-sedikit, paling tidak saya berani berjalan di rumput dan di semak-semak, serta bisa bersikap biasakalau melihat atau bertemu dengan ular lagi.
Pertama waktu awal kejadian saya tidak di kasih izin untuk melewati jalan yang banyak rumputnya dan berair untuk jaga-jaga, namun tetap saja orangtua saya menyuruh untuk bersikap seperti biasanya atau sewajarnya saja dan lebih berhati-hati lagi. Sedangkan kalau teman-teman saya mereka mau mengerti dan bisa memahami keadaan saya yang seperti ini. Kejadian itu terjadi di rumah saya dan tepatnya dikamar tidur saya sendiri.

B.         Analisis
Pada tahap pengumpulan data, berikut data Mita dan nama orang tuanya.
DATA IIM NURJANNAH
Nama                          : Iim Nur Jannah
Tempat Tgl Lahir       : Tuban, 02 Maret 1994
Alamat                                    : Jati sari, Senari, Tuban
Riwayat sekolah        
SD                               : SDN. Jati sari 03
MI                               : MI. Islamiyah Sunnatunnur
SMP/MTS                   : MTS. Islamiyah Banat Sunnatunnur
SMA/MA                    : MA. Islamiyah Sunnatunnur
Perguruan Tinggi        : UIN Sunan Ampel Surabaya
Fakultas                      : Ushuludin
Jurusan/ Semester      : Perbandingan Agama/ 3
DATA ORANG TUA IIM
Nama Ayah                 : Asmuni
Pekerjaan                    : Wiraswasta
Alamat                                    : Jati sari, Senori, Tuban
Nama Ibu                    : Badi’atun Ni’mah
Alamat                                    : Leran, Senori, Tuban
Pekerjaan                    : Ibu Rumah Tangga
1.         Konseli di lihat dari keadaan fisik.
Kami menanyakan kepada Iim sendiri, lalu kepada teman-temannya, fisik Iim ini tidak mengalami gangguan apa-apa. Dia fisiknya sehat tidak ada tanda-tanda mengalami gangguan mental bahkan Iim orangnya pintar di UIN Sunan Ampel juga dia masuk BIDIK MISI. Jadi kalau masalah fisik dia itu sehat tidak ada gangguan apa-apa.
 2.        Konseli di lihat dari keadaan keluarga
Berdasarkan penelusuran kami, kondisi keluarga Iim baik sekali, selalu memperhatikan dia ketika setelah kejadian itu, ini di buktikan dengan kata-kata : Ibu selalu menyarankan untuk tidaj jalan ke dekat semak-semak. Dan jangan melebih-lebihkan kejadian itu tapi tetep saja Iim ketakutan kalau melihat ular. Dan masalah keturunanpun dari dulu sampai sekarang tidak ada yang takut sama ular atau belut. Hanya Iim saja yang mengalami Pobia ini.
3.         Konseli di lihat dari tingkahlaku social
Iim  itu orangnya suka bergaul dengan teman-temannya, suka belajar bareng dan teman-temannyapun selalu mengerti dia yang selalu menjerit ketika ada luar. Yang pasti hubungan Iim dengan lingkungandia tinggal atau dengan teman-temannya pada baik semua. Begitu juga dengan teman-temannya tidak ada yang selalu menjaili dia supaya takut sama ular terus.
C.         Sintesis
Kesimpulan sementara berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1.      Di lihat dari keadaan fisik
Iin Noerjannah adalah anak yang mempunyai tubuh normal, dan termasuk anak yang sehat jasmani, namun kognitifnya sedikit terganggu di tandai dengan takut yang berlebihan sama ular dan belut.
2.      Di lihat dari keadaan keluarga
Iim adalah anak yang diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh orang tuanya. Keadaan keluarga Iim, tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti apa yang di alami Iim. Jadi bisa di simpulkan ini bukan karena dari faktor Heriditas.
 3.      Di lihat dari keadaan tingkah laku sosial
Iim adalah anak yang mudah beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya yang baik. Begitu respon lingkungan terhadapnya tidak ada unsur-unsur yang mempengaruhi dia. Jadi bias di simpulkan ini bukan ditimbulkan dari respon timbal balik dari lingkungan.
D.            Diagnosis
Berdasarkan dari hasil sintesis diatas, yang menjadi masalah adalah, Iim Noerjannah mengalami perubahan prilaku dari yang tadinya takut sama ular itu biasa saja, namun setelah ada kejadian yang menemukan ular di pangkuannya dia menjadi tambah histeris menjerit-jerit ketika ada ular, bahkan dengan adanya stimulus tersebut Iim Noerjannah menjadi takut sama belut.
Kami bisa menyimpulkan dia menjadi seperti itu karena
1.     Kognitif Iim Noerjannah mengalami gangguan. Mengapa demikian? Karena setiap Iim Noerjannah melewati semak-semak atau daerah tertentu sebelum sampai kepada daerah itu dia selalu berpikiran dahulu bahwa di tempat itu pasti akan ada ular, dan akhirnya ketika melewati tempat itu meskipun ada benda yang mirip ular sekalian dia menyangkanya ular. Jadi langkah kami yang pertama membenahi kognitifnya terlebih dahulu.
2.     Karena kecemasan yang mendalam ketika mencipkatan situasi dari merespon stimulus yang dialaminya. Dimana kami disini gambarkan ketika dia waktu menemukan ular di pangkuannya dan di gigit ular. Sebagaimana yang di katakana Devis Lewis dalam bukunya “Taklukan Phobia Anda“ bahwa penyebab phobia bisa di jelaskan dengan konsep SHCI, hal ini di lakukan agar lebih mudah menjelaskan terjadinya phobia. (S) adalah Stimulus, (C) adalah keCemasan, (H) adalah pengHindaran,  (I) adalah Imbalan. Beliau juga memberikan contoh sebagai berikut, jika seseorang mengalami phobia Shinophobia (ketakutan pada anjing) binatang anjing adalah pencetusnya atau stimulusnya (S) yang mengakibatkan keCemasan (C) di tandai dengan perasaan akan pengHindaran (H) terhadap anjing tersebut dengan menjauhkan diri atau coba menghindari dengan berlari, hal ini membawanya pada peredaan ketakukan yang memberikan sang phobic Imbalan (I) yaitu merasa aman dari jangkauan anjing, segala reaksi phobic berkembang sebagai akibat  urutan pristiwa yang sama, oleh karena itu SHCI melengkapi prangkat pembentukan penghambat psikologis yang menjadi sumber phobia sehingga seseorang mengalami ketakutan yang cenderung menetap.

E.         Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis diatas, maka langkah awal yang harus dilakukan oleh konselor adalah :
1.     Mengadakan konseling kepada klien yang bersangkutan.
2.     Meyakinkan dirinya, bahwa prilaku yang sekarang ini bisa di rubah serta  membari keyakina pula atas perubahan tingkahlaku tersebut. Mengapa demikian? Karena yang akan kami terapkan adalah teori Behavioristik dimana teori ini merupakan teori perubahan prilaku, baik yang menekan pada aspek fisiologis, prilaku, maupun kognitif. Bahkan kalau menurut Nata Wijaya menyatakan bahwa terapi behavioral ini dapat menangani masalah prilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif, sampai mengatasi gejala neurosis.[3]
3.     Menjelaskan kepada klien bahwa hal yang dilakukannya bukan saja menghambat aktivitas kehidupannya akan tetapi orang lain juga termasuk.
4.     Memberikan contoh model seseorang yang sembuh dari phobia ular, atau yang di kenal dengan teori Pembentukan Prilaku Model, atau social modeling[4]
5.     Setelah itu, kita melakukan pemberian Reinforcement, yakni mendorong klien untuk berprilaku yang rasional dan logis dengan jalan memberikan rewed (perhatian, hadiah, dan sebagainya) dan punishment (teguran, atau pemberian akibat dari yang telah di lakukannya).
6.     Live Model, dengan menggambarkan prilaku prilaku tertentu khususnya situasi-situasi interpersonal dalam membentuk percakapan social, interaksi dengan teman dan memecahkan masalah[5] .

F.          Treatment
Berikut hasil wawancara kami dengan konseli
Pertemuan Pertama
Peneliti           : Assalamualaikum Selamat pagi mbak, mbak namanya siapa?
Klien               : Waalaikumussalam…pagi, saya Iim Nurjannah.
Peneliti           : Mbak orang mana?
Klien               : Saya dari Tuban.
Peneliti           : Mbak disini kuliah fakultas apa?
Klien               : Saya fakultas Ushuludin jurusan Perbandingan Agama masih semester 3.
Peneliti           : Oh.. Mbak katanya mempunyai ketakutan yang mendalam sama ular kenapa kok seperti itu?
Klien               : Itu awalnya saya pernah dikejutkan  oleh ular.  Pada waktu itu lagi musim hujan dan rumah saya di desa dekat dengan sawah-sawah dan semak-semak. Waktu itu saya lagi baca buku di kamar tanpa saya sadari ada ular di pangkuan saya, tadinya saya masih biasa saja membaca  buku kemudian nggak sengaja ular itu ke pegang dan reflek saya langsung menjerit sambil lari terbirit-birit menghampiri orang tua saya, dari situ saya nggak berani lagi masuk ke kamar sampai akhirnya orang tua saya memastikan sendiri kalau ular tersebut sudah tidak ada. Dari kejadian itu saya mulai takut dengan ular dan sejak itu juga saya sering menjumpai ular ketika jalan atau berangkat ke sekolah dan setiap saya melewati jalan yang banyak rumputnya pasti pikiran saya bakalan ada ular, bahkan akibat dari kejadian itu sampai kebawa dalam mimpi saya juga, kemudian semenjak kejadian itu saya nggak berani melewati jalan yang semak-semak atau berlumpur, setiap saya keluar ,saya selalu memilih jalan yang berbatu, pokoknya saya menghindari jalanan yang becek dan berumput dan sampai sekarang kalu saya melihat ular langsung berteriak dan lari terbirit birit.
Peneliti           : Bagaimana tanggapan orangtua mbak ketika itu?
Klien               :Orang tua saya menanggapinya biasa saja, Cuma selalu menasehati saya kalau pergi keluar tidak boleh lewat jalan yang bersemak-semak.
Peneliti           : Waktu kejadian itu ularnya besar apa kecil mbak, terus warna ular itu apa?
Klien               : Ularnya kecil, masih anak ular, warnanya itu hitam agak ke coklat-an.
Peneliti           : Apa yang mbak takutkan dari ular tersebut?
Klien               : Saya paling takut dengan kepalanya, selain itu karena bentuknya yang panjag dan empuk membuat saya geli kalu melihatnya.
Peneliti           : Kenapa mbak takut sama kepalanya?
Klien               : Karena saya nggak sengaja pernah menginjak ular kemudian saya langsung di patok, dan saya juga pernah lihat waktu di jalan ada ular yang kepalanya melebar seperti sudah siap melawan mangsa. Dan sejak itu juga setiap saya menginjak sesuatu yang mengganjal di kaki, saya takut dan menjerit karena prasaan saya itu ular.
Peneliti           :Terus bagaimana kalau misalnya mbak memiliki anak yang masih balita dan ketika itu mbak lagi di dapur atau lagi aktivitas kemudian setelah mbak kembali ada ular di samping anak mbak, apa yang akan mbak lakukan, langsung mengambil anak mbak denagn melawan rasa takut itu atau memilih pergi mencari bantuan?
Klien               : Saya memilih pergi mencari bantuan, karena saya takut.
Peneliti           :Mbak padahal ular itu sebenarnya takut loh sama manusia. Karena kita yang kaget duluan jadi mengira ular itu tidak takut sama kita.
Klien               :Masa? Ular kan bias menggigit dan beracun lagi.
Peneliti           : Iya Mbak, tapi coba kalau mbak bersikap tenang, mbak bias ambil dulu anak mbak karena kalau menunggu orang lain malah anak mbak bias-bisa di patuk ular.
Klien               : Iya juga sih. Terus saya harus bagai mana?
Peneliti           : Saran kami, mbak harus tenang saja jangan tegang dan jangan membuat ular kaget, pasti mbak bias mengantisifasi diri mbak ketika ada ancaman dari ular. Ini saya ada video orang yang tidak takut sama ular mau lihat?
Klien               :Boleh tapi dari jauh saja ya?
Peneliti           : Iya silahkan Mkab.
Peneliti           :Bagaimana prasaan Mbak setelah omong-omongan dengan kami? Apakah sudah ada perubahan?
Klien               : Lumayan sudah ada perubahan sedikit-sedikit saya menjadi ada motivasi baru lagi untuk merubah prilaku saya, Trimakasih ya!!!
Peneliti           : Sama-Sama, hari ini di cukupkan sekian ya Mbak.
Dari wawancara pertama kami teliti prilakunya, dia memang takut sekali yang namanya Ular, melihat dalam video juga kelihatannya bergemetar, dan sekali-kali mengucapkan Ihhhhh seperti orang yang ada ancaman di dekatnya. Kami bermaksud melanjutkan lagi ke pertemuan selanjutnya.
Wawancara Kedua
Peneliti           : Assalamualaikum Mbak, gimana kabarnya?
Klien               : Wassalam, Alhamdulillah baik.
Peneliti           : Selain ular apa lagi yang anda takutkan?
Klien               : Selain ular, saya takut dengan kadal dan belut. Karena bentuk kepalanya yang sama dan bentuk badan serta sisik nya yang menyerupai ular.
Peneliti           : Kenapa mbak takut sama belut dan kadal, kan bentuk dan warna nya berbeda?
Klien               : Memang bentuknya berbeda, tapi bentuk kepalanya sama, makanya saya takut dengan belut dan kadal.
Peneliti           : Terus bagaimana kalau misalnya saya bawakan belut, apa mbak berani melihat dan memegang nya?
Klien               : Kalau belut InsyaAllah saya berani yang penting tidak di hadirkan ular.
Peneliti           : Baik, berarti mbak setuju kalau saya bawakan belut pada pertemuan berikutnya?
Klien               : Iya saya setuju, cuma belutnya yang kecil saja, karena yang besar saya takut.
Peneliti           : Apa yang membuat anda mau untuk melakukan terapi ini?
Klien               : Karena saya ingin sembuh, setelah anda menanyakan bagaimana kalau nanti ketika anak saya lagi bermain tiba-tiba ada ular? Lalu saya jawab akan mencari orang terlebih dahulu  saya jadi berpikir untuk terus berusaha merubah prilaku saya dan kalau saya tidak mau saya tidak sembuh-sembuh.

Disini kami tidak mencantumkan semua hasil wawancara pertemuan ke dua kalinya, tapi setelah kami beri motivasi dan masukan-masukan rupanya masalah kognitifnya sudah lumayan membaik.
Setelah kurang lebih satu jam kami bercengkrama dan memberi pengertian kepada klien dia menyatakan bahwa rasa takut yang di alaminya sedikit berkurang dari sebelumnya, klien juga mengatakan bahwa setelah pertemuan ini dia memiliki semangat dan motivasi untuk sembuh dari rasa takutnya.
Pertemuan ke Tiga
Di pertemuan ke dua ini sesuai dengan perjanjian di pertemuan pertama kami memmbawakan belut untuk klien untuk mengurangi rasa takutnya terhadap ular, kami memilih membawakan belut karena klien juga mengatakan bahwa dia takut sama belut.
Peneliti           : Assalamualaikum, sudah siap mbak dengan uji memegang belutnya?
Klien               : Insya Allah. Tapi bukan ularkan?
Peneliti           : Bukanlah mbak, kemaren kita sudah menyetujui untuk belut saja. Coba ya lihat saja dulu belutnya yuk!
Klien               : Baik saya akan mencoba
Peneliti           : Waduh ko besar belutnya saya takut, iihhhh apalagi itu sama warnanya seperti ular yang dulu. Tidak mau ahh.
Peneliti           :Ayo mbak pasti bias, lihat saja dulu dari kejauhan
Klien               : Tetep saya takut Mas.
Peneliti           : Lihat Mbak nih, Ami, Rutik, Vivi juga berani megang belut masa Mbak tidak? Mereka jugakan perempuan?
Klien               : Baik lah saya akan coba,
Kami tidak menuliskan semuanya lagi percakapan itu, tapi Bukti viodeo juga ada.
Pada pertemuan kali ini kami secara perlahan memperlihatkan belut kepada klien, memang pada awalnya klien sempat menjerit histeris dan menjauh setelah melihat keberadaan belut tersebut, akan tetapi tidak lama kemudian pelan-pelan  klien mulai mau mendekati, melihat agak lama memegang sedikit-sedikit kemudian berani memegang dalam ember dan sampai akhirnya klien berhasil memegang dan mengangkat belut tersebut sampai ke atas ember selama beberapa detik. Kali ini klien terlihat serius untuk ingin sembuh, ia berusaha melawan rasa takut ketika melihat dan harus memegang belut tersebut, meskipun masih terlihat sedikit ragu untuk melewatinya namun klien tetap berupaya untuk bisa meraihnya. Klien ini melakukan tanpa ada paksaan dari kami tetapi klien ini  bersedia sendiri untuk terapi ini.
Setelah pertemuan yang ke tiga ini, klien menyatakan bahwa rasa takut yang di alaminya itu semakin berekurang, dan lebih baik dari yang sebelum nya.
Kami berkeinginan membawa klien ke Kebun Binatang Surabaya. Tapi Kliennya keburu libur kuliah dan pulang kerumah. Karena fakultas Ushuluding liburnya mulai tgl 3 Januari 2014. Jadi Isya Allah kalau ada umur panjang kami akan melakukan trapi lagi setelah masuk lagi kuliah nanti.
G.    Follow Up
Dari hasil proses konseling di atas yang melalui pendekatan Kognitif, Belajar Operan, Imitativ Learning, Emotional Learning, nampaknya sudah ada perubahan prilaku yang di harapkan oleh Klien meskipun belum 100%. Tapi sejauh ini kami simpulkan sudah ada perubahan
Kemudian untuk mengantisipasi perasaan itu timbul lagi dan  agar tidak terulang kembali, selanjutnya kami akan tetap menjalin komunikasi yang baik terhadap orang tua dan konseli.




















Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghapus, atau  menghilangkan tingkah laku maladaptif (masalah) serta preventive mengantisifasi diri klien. Dan digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang di inginkan klien. Tingkah laku yang ingin dituju adalah secara bertahap klien dapat mengantisifasi dirinya terlebih sampai keluarganya ketika ada ular tanpa di bantu oleh siapapun yang sekiranya mampu dikerjakan oleh dirinya.
Manfaat penelitian ini adalah:
1.     Sebagai penambah khazanah  pengetahuan di bidang Teori Konseling yang berguna bagi mahasiswa, psikolog, kalangan akademisi dan pihak-pihak terkait.
2.     Sebagai syarat bagi kami untuk memahami Teori Konseling terutama Teori Behavioristik serta kelulusan mata kuliah yang di damping oleh Drs. H. Syarif Thayib, S.Ag. M,Si di Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel, Surabaya.



[1] Dharmojono, Kapita Selekta Kedokteran Hewan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2002) hal 91
[2] Adi W. Gunawan, Hypnotherapy the Art of Subconscious Restructuring, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) hal, 76
[3] Sahudi Sirajd, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya, 2012) hal 164
[4] Jhon McLeod, PENGANTAR KONSELING: TEORI DAN STUDI KASUS (Jakarta: Kencana, 2006) hal 145
[5] Winkel&Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di INSTITUSI Pendidikan (Yogjakarta: Media Abadi, 2004) hal 425

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSELING SFBT

A.     Nama Pendekatan Konseling Berfokus Solusi biasanya dikenal dengan nama (SFBT). SFBT merupakan salah satu pendekatan konseling dan psikoterapi yang dipengaruhi oleh pemikiran postmodern. Dalam beberapa literatur pendekatan SFBT juga disebut sebagai Terapi Konstruktivis ( Constructivist Therapy ), ada pula yang menyebutnya dengan Terapi Berfokus Solusi ( Solution Focused Therapy ), selain itu juga disebut Konseling Singkat Berfokus Solusi ( Solution Focused Brief Counseling ) dari semua sebutan untuk SFBT sejatinya semuanya merupakan pendekatan yang didasari oleh filosofi postmodern sebagai landasan konseptual pendekatan-pendekatan tersebut. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Steve de Shazer, Insoo Kim Berg, Bill O'Hanlon, dan Michele Weiner-Davis juga memberikan kontribusi penting untuk SFBT. Namun  Solution Focused Brief Therapy  (SFBT) pertama kali dipelopori oleh Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer. Keduanya adalah direktur eksekutif dan peneliti sen...

makalah asosiasi psikologi

BAB II PEMBAHASAN A.     Tentang Psikologi yang Dipengaruhi oleh ilmu Pengetahuan Alam (Fa’al) : Psikologi ini diterangkan secara kausal,fisiologi dihubungkan oleh psikologi. Psikologi yang Dipengaruhi oleh ilmu Pengetahuan Alam,lahir pada abad 17 yang dimulai dengan lahirnya psikologi asosiasi.Dimana cirri psikologi yang dipengaruhi oleh IPA antara lain [1] 1.       Psikologi Unsur 2.       Bersifat menerangkan secara kausal 3.       Menggunakan metode analis sintesis 4.       Sensualitas (indra) 5.       Kurang memperhatikan aktivitas aku 6.       Bersifat kuantitas. 7.       Mekanistis Jadi Psikologi ini lahir pada tahun 1700-1900. Nah,jadi disini apabila psikologi diatas tahun 1900 bukan psikologi yang dipengaruhi oleh ilmu fa’al,melainkan psikologi modern. B. ...

Sejarah Dakwah Di Asia Tengah, Selatan, India, Pakistan dan Banglades

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dunia ini agama yang paling banyak di anut oleh umat manusia setelah agama Kristen yaitu agama Islam. Kita tahu bahwa yang namanya umat Islam tidak hanya di Indonesia saja, akan tetapi di belahan dunia yang lainnya mulai dari dunia bagian barat, timur, utara dan selatan, pasti ada orang-orang yang memeluk agama islam. Sebagaimana yang di ajarkan oleh Nabi Mihammad SAW kepada umatnya, bahwa agama Islam ini adalah agama yang di ridhai olah Allah dan bahkan kita akan selamat di dunia dan di akhirat jika benar-benar kita menjalankan agama Islam. Dengan gagah berani Rasulullah menyebarkan agama Islam ini di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sangat bengis dan kejam, tapi Rasulullah selalu bersemangat menyebarkan agama Islam ini kepada seluruh umat manusia dan seluruh penjuru dunia. Tadi dikatakan bahwa agama Islam ini untuk seluruh umat manusia maka Allah memerintahkan harus di sebar luaskan ke seluruh umat manus...